POTENSI OBJEK WISATA DI
KECAMATAN V KAUM
Mesjid
Raya Lima Kaum
Objek wisata ini berada di Jorong Balai labuah Bawah Nagari Lima Kaum denga luas objek 25 x 25 m, dengan staus tanah dan pemilikan Nagari. Masjid ini termasuk masjid tertua di kabupaten Tanah Datar . bentuk denanhnya bujur sangkar. Lantainya berupa panggung dari kayu. Dindingnya suah diganti dnegan kaca nako, bagian yang masih benar-benar asli adalah tiang-tiang utamanya sebanyak 25 buah yang melambngkan jumlah ninik mamak dan penghulu. Sedangkan tiang gantung (Tiang atasnya berjumlah 15 melambangkan banyaknya imam dan Khatib . atapnya susun (tumpang) lima. Pada bagian atas atap kelima terdapat bagian puncak menara . untuk naik sampai ke bagian ini terdapat tangga naik sampai kebagian ini terdapat tangga naik doi bagian tengah pada lantai dasar. Bagian puncak masjid ini atapnya berbentuk kerucut yang pada bagian atasnya terdapat hiasan berbentuk catra seperti pada stupa candi.
Benteng Van Der Capellen
Objek Wisata ini berada di kampung Baru nagari Baringin, dengan luasan objek ± 8880 M (luas bangunan 22 x 22 m) dengan stus tanah adalah Milik Pemda. Dan kondisi saat ini benteng ini digunakan sebagai Kantor Dinas Kebudayan Pariwisata Pemuda dan Olahraga .
Dahulu bangunan ini merupaan benteng pertanhan Belanda di
batusangkar. Keberadaan benteng Van Der Capelen yanga da di Kota Batusangkar,
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat tidak dapat dilepaskan dengan peristiwa peperangan antar kaum adat
dengan kaum agama yang terjadi pada sekitar tahun 1821. Konflik terbuka yang terbuka yang
berupa peperangan fisik antara kaum Agma akhirnya dimenangkan oleh Kaum Agama.
Kaum Adat kemudian meminta bantuan Belanda yang waktu itu berkedudukan di
Padang. Dibawah pimpinan Kolonel Raff pasukan Belanda kemudian masuk di daerah Tanah Datar untuk merampas
gerakan Kaum agama. Sesampai di Batusangkar
Ibu kota Tanah Datar pasaukan Belanda
dipusatkan di tempat ketinggian 500 m dari permukaan laut. Pada tempat
ketinggian inilah pasukan belanda sekaligus membangun kubu pertahanan. Kubu pertahanan yang dibangun Belanda waktu itu berupa bangunan gedung dari beton
yang mempunyai ketebalan dinding ± 75 cm beratapkan genteng. Bangunan inilah kemudian diberi nama
Bneteng Van Der Capellen sesuai dnegan nama
Gubernur Jenderal Belanda Waktu
itu.
Gedung Indo Jalito
Objek Wisata ini berada di Kampung Baru Nagari Baringin dengan status kepemilikan tanah adalah pemda. Sedung ini berada di tengah Kota Batusangkar. Tepatnya di samping kiri Rumah Dinas Bupati Tanah Datar. Bangunan ini menunjukan arsitektur Beladna dengan tiang-tiang pilar dan dindingya yang tebal dan kekar. Atapnya berbentuk persegi panjang. Dindingnya dari bata berlepa berwarna putih. Pembagian ruangannya adalah setengah sisi , seblah barat merupakan ruangan tamu. Disiis sebelah timur terbagi dalam dua ruangan dan bagian belakanga merupakan ruangan makan, Dahulu bangunan ini merupakan rumah kediaman dan kantor Asisten Residen di Batusangkar semasa pemerintahan Belanda . sekarang berfungsi untuk resepsi acara-acara penting tamu-tamu Pemda Tanah Datar.
Makam Sultan Muningsyah
Objek Wisata sejarah ini berada di Bukit Gombak dengan luas
objek 3 x2,5 m(ukuran kuburan 2 x 1 m) statuskepmilihan tanah adalah kaum. Makam ini merupkan makam Sultan Muningsyah
yang merupakan salah satu Sultan semasa kerajaan Pagaruyung. Pada lokasi ini
hanya berupa makam tunggal, dengan jirat susunan batu kali. Nisannya berupa
nisan menhir tanpa pengerjaan. Untuk merawat keasrian makam ini diberi pagar keliling.
Batu Batikam
Objek Wisata sejarah ini berada di Jorong Dusun Tuo Nagari Limo Kaum dengan luas objek ± 1.800 m, dengan status tanah milik Nagari.
Situs ini sebenarnya
merupakan medan nan Bapaneh yang berfungsi sebagai tempat musyawarah pada masa
lampau. Susunan batu-batu sandarnya sebagai tempat duduk para ketua suku yang
bersidang masih ada dan membntuk formasi
persegi panjang melingkar. Pada bagian tengah
medan nan bapaneh terdapt Batu Batikam (Batu berlubang) dari bahan
batuan andesit, Batu ini berukuran tinggi 55 cm , tebal 20 cm dan lebar 45 cm
berbentuk segi tiga.
Menurut kepercayaan
tradisional Minangkabau ,, batu ini berlobang karena ditikam oleh batuk
Parpatih nan Sabatang sebagai tanda berakhirnya perselisihan dengan Datuk
Katemanggungan mengenai soal adat. Dalam adat minang kabau terdapt dua
kelarasan yaitu kelarasan Koto Piliang(aristokrasi ) dan Bodi-Caniago
(demokrasi). Dengan ditikamnya batu tersebut maka keuda kelarasan tersebut
tetap diakui keberadaannya dalam
Masyarakat Minang Kabau
Prasasti Kubu Rajo
Objek Wisata sejarah ini berada di Jorong
Kubu Rajo Nagari dengan luas objek ± 2.400 m, dengan status
tanah/kepemilikan nagari. Situs ini merupakan tempat keberadaan prasasti
Kuburajo yang berad di dalam cungkup perlindungan . prasasti terbuat dari bahan batuan sanstone. Berukuran
tinggi 108 cm, lebar 30 cm, dan tebal 10 cm. Batu Prasasti sudha dalam keadaan
patah tetapi sudah disambung. Tulisannya sudah agak aus , tetapi masih dapat
dibaca. Isi pokok prasasti tersebut adlah menuliskan tentang anak Adityawarman
yang bernama adityawarman sebagai Raja
Tanah Emas (Sumatera)
Pad sisis timur terdapt
cungkup perlindungan yang berisi :
-
Prasasti
kuburajo II
-
Batu
berpahat bunga matahari yang melambangkan
angka tahun 1261 S (1339 M)
-
Batu
berpahat bunga matahari yang melambangkan
angka tahun 1273 S (1351 M)
-
Lumpang
batu
-
Prasasti Saruaso II
Objek Wisata sejarah ini berada di Jorong Kampung Baru
Nagari Baringin dengan luas ± 1.196 m. Situs ini merupakan tempat keberadaan Prasasti Saruaso II sebelum dipindahkan di
lokasi ini, berada di depan Gedung Indo Jolita. Prasasti Saruaso II dituliskan pada sebuah batu
persegi panjang, berukuran tinggi 100 cm,
lebar 75 cm, dan tebal 17 cm. Pada bagian tengah batu sudah patah,
tetapi sudah disambung. Prasasti ini diletakkan
didalam cangkup perlindungan. Selain prasasti , di dalam cungkup
perlindungan ini juga diletakkan
-
Lumbung
batu dai bahan andesit, berukuran
diameter panjang 38 cm, diameter pendek 33 cm dan tebal (tinggi) 18 cm
-
Nisan
dari makam dari bahan andesit kasar yang berukir pada keempat sisinya berukuran
tinggi 30 cm dan tebal 12 cm
-
Batu
menhir dari bahan andesit, berukuran tinggi 105 cm, lebar 22 cm dan tebal 23 cm
-
Fragmen
menhir dari bahan batuan andesit, berukuran tinggi 35 cm , lebar 36 cm, dan
tebal 22 cm.
Medan Nan Bapaneh Koto Baranjak
Objek Wisata sejarah ini berada di Nagari Baringin dengan
luas objek 12 x 7 m , dengan status tanah adalah milik nagari. Objek ini berda di pinggir jalan simpang
baringin. Batu sandarannnya masih relatif lengkap berjumlah 15 buahh dengan
formasi membentuk huruf U. Sisi selatan
tidak ada batu sandarnya. Dahulu Medan Bapaneh ini juga berfungsi untuk
musyawarah adat bagi masyarakat di sekitarnya namun sekarang sudah menjadi dead
monument dan tidak berfungsi lagi seperti semula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar