Istano Basa Pagaruyung
Istano Basa Pagaruyung yang dibangun kembali tahun 1976 merupakan duplikat bangunan Istano Rajo Alam Minangkabau yang dibakar Belanda tahun 1804. Bangunan ini terdiri dari 11 gonjong, 72 tonggak dan 3 lantai. Objek wisata ini dilengkapi dengan surau, tabuah Rangkiang Patah Sambilan, serta fisik bangunan Istano Basa Pagaruyung dilengkapi dengan beragam ukiran yang tiap-tiap bentuk dan warna ukiran mempunyai falsafah, sejarah dan budaya Minangkabau.
Terletak di Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas yang merupakan pusat Perintahan Kabupaten Tanah Datar, + 5 km dari kota Batusangkar dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi roda 2 dan roda 4
Pagaruyung Grand Palace
The Pagaruyung Grand Palace which was rebuilt in 1976 is the duplicate of Rajo Alam Minangkabau Grand Palace which was burnt down by the Dutch in 1804. This building consists of 11 horn-like roof, 72 piles and 3 floor, it is also suurounded by surau (the small mosque), tabuah (drum) and “rangkiang patah IX”. Physically, the Grand Palace was adorned by beautiful wooden carving symbolizing the phylosophy of history and culture of Minangkabau people.
Located in Pagaruyung Village Tanjung Emas Sub-district, alaso as the center of the Government Affairs in Tanah Datar District, + 5 km from Batusangkar City. It is easy to reach by any two or four-wheel vehicles
1. Terletak di Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas, sekitar 106 km dari Ibukota Provinsi Sumatera Barat, 5 km dari Kota Batusangkar dan mudah dijangkau dengan sarana transportasi roda 2 dan roda 4.
2. Objek wisata ini merupakan objek wisata primadona Kabupaten Tanah Datar. Istano Basa Pagaruyung dibangun tahun 1976 dan merupakan duplikat bangunan Rajo Alam yang dibakar Belanda pada tahun 1804. Bangunan ini terdiri dari 11 gonjong, 72 tonggak dan 3 lantai, objek wisata ini dilengkapi dengan surau, tabuah, rangkiang patah 9. Istano Basa Pagaruyung dilengkapi dengan beragam ukiran yang tiap-tiap bentuk dan warna ukiran mempunyai falsafah sejarah dan budaya Minangkabau
3. Istano Basa Pagaruyung yang terbakar akibat sambaran petir pada Hari Selasa, 27 Februari 2007 pukul 19.10 WIB lalu, dibangun kembali tetapi bangunannya belum rampung.
Objek wisata ini mudah dijangkau oleh sarana transportasi baik roda 2 maupun roda 4 serta kendaraan tradisional Bendi yang ada di kota Batusangkar. Berikut adalah beberapa jalur menuju Istano Basa Pagaruyung serta jaraknya:
1. Kota Padang via Kubu Kerambil = 105 km
2. Dari Bukittinggi via Pintu Gerbang Simpang Baso = 35 km
3. Melalui Pintu Gerbang Simpang Piladang berbatasan dengan wilayah Kabupaten 50 kota berjarak 45 km
Istano Basa Pagaruyung adalah nama tempat tinggal keluarga kerajaan Minangkabau yang sekaligus menjadi Pusat Kerajaan Minangkabau pada masanya. Konstruksi bangunannya berbeda dengan rumah tempat tinggal rakyat biasa.Dimasa kerajaan Minangkabau Istana Basa Pagaruyung memainkan peran ganda; sebagai rumah tempat tinggal keluarga kerajaan dan sebagai Pusat Pemerintahan Kerajaan Minangkabau yang dipimpin oleh seorang raja yang dikenal dengan “RAJO ALAM” atau “RAJA DIRAJA KERAJAAN MINANGKABAU”
Kepemimpinan Rajo Alam dikenal dengan “Tali Tigo Sapilin” dan Pemerintahannya dikenal dengan “ Tungku Tigo Sajarangan”.
“ Istano Basa” berarti istana yang besar atau agung. Istana Raja Alam ini terus menggali beberapa modifikasi dimana istana yang pertama berada di Puncak Bukit Batu Patah (Bukit yang berada dibelakang bangunan istana yang sekarang) kemudian pindah ke Ranah Tanjung Bungo Pagaruyung dan terakhir di Gudam.
Istano Basa Pagaruyung yang ada sekarang merupakan duplikat dari Istano yang dibakar oleh Belanda pada tahun 1804. Istano basa Pagaruyung dibangun kembali pada tahun 1976 atas pemikiran pemerintah dalam rangka melestarikan nilai – nilai adat, seni dan budaya serta sejarah Minangkabau.
Istano Basa yang merupakan Objek Wisata Primadona di Kabupaten Tanah Datar khususnya, Sumatera Barat pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) lantai, 72 tonggak serta 11 gonjong. Arsitektur bangunan ini memperlihatkan ciri khas tersendiri dibandingkan dengan Rumah Gadang lainnya yang terdapat di Minangkabau dimana bentuk fisiknya dilengkapi ukiran falsafah dan budaya Minangkabau. Selain itu, Istano Basa juga dilengkapi dengan Surau, tabuah larangan. Rangkiang Patah Sambilan, Tanjung Mamutuih dan Pincuran Tujuh.
Pada prinsipnya, Istano Basa Pagaruyung mempunyai 2 (dua) unsur yaitu:
1. Unsur Utama
2. Unsur Penunjang
1. Unsur Utama Istano Basa Pagaruyung
1. Batu Tapakan
Batu Tapakan terletak dibawah jenjang dan berfungsi sebagai tempat mencuci kaki sebelum naik keatas rumah (Istana). Disini juga disediakan sebuah “Guci” yaitu tempat air dan dilengkapi dengan gayung air (cibuak)
1. Singasana (Pelaminan Bundo Kanduang)
Terletak di lantai satu sejajar dengan pintu masuk. Disini terpajang photo Raja Pagaruyung terakhir yaitu Sultan Alam Bagagarsyah. Singasana ini dilingkari dengan tirai yang terjuntai disisi kanan, kiri dan depan. Disinilan Bundo Kanduang duduk sambil melihat – lihat siapa yang datang atau yang belum datang apabila ada rapat dan mengatur segala sesuatu diatas rumah.
1. Bilik (Kamar)
Bilik – bilik ini dihuni oleh putri – putri raja yang sudah menikah (berkeluarga). Bilik pertama atau yang paling kanan dihuni oleh putri raja yang sudah menikah dan seterusnya dihuni oleh adik – adik yang sudah menikah pula.Istana Basa Pagaruyung mempunyai 9 ruang; satu ruangan digunakan sebagai tempat jalan kedapur yang disebut dengan ” Selasar”. Bilik pertama kita mulai dari kanan waktu anda masuk ke rumah (Istano). Sebelah kanan tersebut juga merupakan ” Pangkal Rumah” dan bilik terakhir yang berda disebelah kiri disebut juga ”Ujung Rumah”
1. Anjunag Rajo Babandiang
Anjuang Rajo Babandiang berada dibagian kanan atau pangkal rumah (Istano) dan mempunyai 3 langgam (tingkat) yang berfungsi sebagai tempat sidang pada langgam pertama, tempat beristirahat pada langgam kedua dan tempat tidur raja pada langgam ketiga.
1. Anjuang Perak
Anjuang Perak berada disebelah kiri atau ujung istana yang berfungsi sebagai tempat Bundo kanduang (Ibu Suri) mengadakan rapat yang bersifat kewanitaan pada langgam pertama, sebagai tempat beristirahat pada langgam kedua dan tempat tidur Ibu Suri pada langgam ketiga.
1. Bandua Tangah
Bandua ini berada di depan bilik (kamar) Bandua yaitu bagian yang ditinggikan dari lantai yang berfungsi sebagai tempat keluarga/ kerabat dari pihak putri raja yang mendiami masing – masing bilik (kamar).
1. Bandua Tapi
Berada di depan dari Bandua Tangah yang berfungsi sebagai tempat Cerdik Pandai dan Alim Ulama dalam rapat – rapat. Posisi duduk Ninik Mamak, Cerdik Pandai dan Alim Ulama membelakangi bilik (kamar).
1. Tango
” Tango” sebutan lainnya dalah umbul –umbul yang bermacam warna yang terpajang pada sebuah peti bunian. Tango berfungsi sebagai tanda mata pelengkap atau cendera mata Raja kepada tamunya. Kalau dari unsur Ninik Mamak, Raja akan memberikan Tango yang berwarna hitam, dari unsur Alim Ulama akan mendapatkan warna Putih, dari unsur laskar akan mendapat warna kuning emas, dari raja kecil akan mendapat warna kuning muda, sedangkan dari unsur pejabat/ Sekretaris/ Pegawai akan mendapat warna ungu. Sedangkan Peti Bunian tersebut digunakan sebagai tempat senjata atau atribut para tamu.
1. Anjuang Paranginan
Anjuang ini berada di lantai dua yang berfungsi sebagai tempat Putri Raja yang belum menikah (gadis pingitan) dan perlengkapannya.
1. Mahligai
Mahligai berada di lantai tiga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat – alat kebesaran Raja seperti Mahkota Kerajaan yang dahulunya disimpan dalam sebuah peti khusus yang dinamakan Aluang Bunian. Apabila ada acara tertentu alat – alat kebesaran tersebut dikeluarkan dari tempatnya (Aluang Bunian)
1. Tanjuang mamutuih
Di lokasi ini terdapat sebuah pohon beringin yang dilingkari oleh batuan yang tersusun rapi. Lokasi ini berfungsi sebagaitempat bermain – main anak raja seperti main layang – layang.
1. Pincuran Tujuh
Letaknya di belakang dapur yang merupakan tempat pemandian keluarga raja. Tapian tampek mandi atau pemandian ini mempunyai tujuh buah pincuran yang tebuat dari batang sampir dan dilengkapi dengan jamban tradisionalUnsur Penunjang Istano Basa Pagaruyung
1. Dapur
Dapur mempunyai dua ruangan. Ruangan sebelah kanan berfungsi sebagai tempat memasak dengan perkakas atau alat – alat dapur yang serba tradisional. Ruangan sebelah kiri berfungsi sebagai tempat para dayang yangberjumlah dua belas orang.
1. Surau
Surau terletak dibelakang Istano yang berfungsi sebagai tempat shalat, belajar mengaji (membaca Alqura’n) dan tempat tidur putra raja yang telah akil baliqh atau telah berumur 7 tahun keatas. Disamping mengaji, disinilah mereka dididik tentang Undang – Undang Adat, hukum syarak, sejarah, seni budaya dan bela diri.
1. Rangkiang Patah Sembilan
Berda di pekarangan Istano yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi. Selain itu fungsi rangkiang di Sitanao adalah sebagai simbol kemakmuran dan kekuatan Alam Minangkabau
1. Tabuah Larangan
Ada dua buah Tabuah Larangan di Istano. Tabuah pertama bernama Gaga Di Bumi yang dibunyikan apabila terdapat peristiwa yang besar seperti bencana alam, kebakaran, tanah longsor dsb. Tabuah kedua bernama Mambang Diawan yang dibunyikan untuk memanggil Basa Nan Ampek Balai ( Dewan Empat Menteri) yaitu Tuan Titah di Sungai Tarab, Tuan Kadi di Padang Ganting, Tuan Indomo di Saruaso, Tuan Mankudun di Sumanik, Tuan gadang di Batipuh serta Tigo Selo (Raja Alam, Raja Adat, Raja Ibadat) untuk mengadakan rapat.
1. Taman Istano Basa
Taman Istano Basa mewakili dan melambangkan semua potensi dan fasilitas daerah dimana Minangkabau berada agar tampil blebih terkenal, lebih dihormati, lebih dikagumi, lebih cemerlang, lebih produktif, lebih potensial, lebih berarti dan lebih berdaya guna dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara karena potensi dan fasilitas memperindah Minangkabau dalam arti yang luas.Bases Istano Pagaruyung rebuilt in 1976 is a duplicate Istano Rajo Alam Minangkabau building burned in the Netherlands in 1804 The building is comprised of 11 gonjong, 72 milestones and 3 floors. This attraction is equipped with a surau, tabuah Rangkiang Broken Part, as well as building physical Istano Pagaruyung Bases equipped with a variety of carvings that every form and color engravings have philosophy, history and culture of Minangkabau.
Located in District of Tanjung Emas Pagaruyung Nagari which is the center of Tanah Datar Perintahan, + 5 km from the city Batusanggkar and easily accessible by means of transport wheels 2 and 4 wheels
Pagaruyung Grand Palace
The Pagaruyung Grand Palace which was rebuilt in 1976 is the duplicate of Rajo Alam Minangkabau Grand Palace which was burnt down by the Dutch in 1804 This building consists of 11 horn-like roof, 72 piles and third floor, it is also suurounded by surau (the small mosque), tabuah (drums) and "broken rangkiang IX". Physically, the Grand Palace was adorned by beautiful wooden carving symbolizing the phylosophy of the history and culture of the Minangkabau people.
Located in the Golden Horn Pagaruyung Village Sub-district, alaso as the center of the Government Affairs in Tanah Datar District, + 5 km from Batusanggkar City. It is easy to reach by any two or four-wheel vehicles
Plus the charm of Istano Bases Pagaruyung:
1 Located in Nagari Pagaruyung District of the Golden Horn, about 106 km from the capital city of West Sumatra Province, 5 km from City Batusanggkar and easily accessible with transport wheels 2 and 4 wheels.
2 attractions this is a excellent attraction Tanah Datar. Bases Istano Pagaruyung built in 1976 and is a duplicate of Natural Rajo building that burned the Netherlands in 1804 The building is comprised of 11 gonjong, 72 milestones and 3 floors, this attraction is equipped with a surau, tabuah, broken rangkiang 9 Istano Bases Pagaruyung equipped with diverse carvings of every form and color engraving has a philosophy of history and culture of Minangkabau
3 Istano Bases Pagaruyung burning from lightning strikes on Day Tuesday, February 27, 2007 at 19:10 pm last rebuilt but the building is not completed.
Bases Istano Pagaruyung Pagaruyung Located in Nagari, District of Tanjung Emas Tanah Datar within 5 kilometers from the city Batusanggkar.
Attraction is easily accessible by means of transport both 2 wheel and 4 wheel buggy and traditional vehicles in the city Batusanggkar. Here are a few paths toward and away Istano Pagaruyung Bases:
1. via Padang Kubu Kerambil = 105 miles
2 From New York City via the Gate Intersection Baso = 35 km
3 Through Gate Intersection Piladang bordered by the district of 50 cities within 45 miles
Bases Istano Pagaruyung is the name of the royal family residences as well as a center Minangkabau Minangkabau kingdom in his time. Construction of the building is different from the homes of ordinary people.
Future Minangkabau royal palace Pagaruyung bases play a dual role; as the residence of the royal family and the kingdom of Minangkabau Government led by a king known as "Rajo NATURAL" or "King of Kings KINGDOM MINANGKABAU"
Leadership Rajo Alam known as "Tigo Sapilin Ropes" and reign is known as "Tigo sajarangan Furnace".
"Istano Bases" means big or grand palace. Natural King's palace continues to dig a few modifications where the palace is located at the peak of the first Stone Broken Hill (Bukit is located behind the palace building now) then moved to the Cape Bunge Pagaruyung Domains and last in Gudam.
Bases Istano Pagaruyung present a duplicate of Istano burned by the Dutch in 1804 Istano base Pagaruyung rebuilt in 1976 on the premise of government in order to preserve the value - the value of tradition, art and culture as well as history of the Minangkabau.
Istano Bases which are attractions in Tanah Datar Prima Donna in particular, West Sumatra generally consist of three (3) floors, 72 and 11 gonjong milestone. The architecture of this building shows its own characteristics compared with other Tower House Minangkabau which contained in its physical form has carved Minangkabau philosophy and culture. In addition, Istano Bases also equipped with Surau, tabuah ban. Rangkiang Broken Part, Cape Mamutuih and Pincuran Seven.
In principle, Istano Bases Pagaruyung has two (2) elements, namely:
1 Key Elements
2 Supporting Units
1 Key Elements of Istano Bases Pagaruyung
1 stone foundation
Located below the level of the stone foundation and serves as a place to wash your feet before climbing up the house (palace). Here also provided a "Jar" is a place of water and is equipped with a water dipper (cibuak)
1. throne (Pelaminan Bundo Kanduang)
Located on the first floor level with the entrance. Here framed photo Pagaruyung last king, Sultan Alam Bagagarsyah. Throne is encircled by a curtain that hung on the right, left and front. Disinilan Bundo Kanduang sat looking at - see who is coming or not coming when there is a meeting and arrange everything on the house.
1 booth (Room)
Chamber - this chamber inhabited by princess - princess married (married). The first chamber or the rightmost occupied by a princess who was married and so inhabited by brother - sister married anyway.
Bases Pagaruyung palace has 9 rooms; one room is used as a way kedapur called the "breezeway". The first booth we start from the time you get to the right of the house (Istano). The right side is also a "Home Base" and the last booth on the left berda also called "House Edge"
1 Anjunag Rajo Babandiang
Rajo Anjuang Babandiang be on the right or the base of the house (Istano) and has 3 styles (level) which serves as a trial in the first style, the rest in both style and king bed in the third style.
1 Anjuang Silver
Anjuang Silver are on the left or the tip of the palace that serves as a Bundo Kanduang (Queen Mother) to hold meetings that are feminine in the first style, as a resting place on both style and Queen Mother bed on the third style.
1 Bandua Tangah
Bandua is in front of the chamber (room) Bandua the elevated part of the floor that served as the family / relatives of the king's daughter who inhabit each - each chamber (room).
1 Bandua But
Being in front of Bandua Tangah that serves as the Clever Clever and Ulema in meetings - meetings. Ninik mamak sitting position, Clever Clever and backs Ulema chamber (room).
1 Tango
"Tango" other designations dalah -umbul banners of varying colors displayed on a crate Bunian. Tango serves as a memento or souvenir complement king to his guest. If of the elements ninik mamak, the King will give Tango black, of elements Ulema will get the color White, of elements army will get yellow gold, from the little king will get a light yellow color, while the officials of the element / Secretary / Officers will got a purple color.
While the coffin Bunian used as a weapon or attributes of the guests.
1 Anjuang Paranginan
This Anjuang located on the second floor which serves as an unmarried princess (her seclusion) and equipment.
1 Mahligai
Mahligai located on the third floor which serves as a repository of tools - tools such as Royal Crown oversized king who once kept in a special coffin called Aluang Bunian. If there are certain events tool - the tool is removed from its greatness (Aluang Bunian)
1 Tanjuang mamutuih
At this location there is a banyan tree surrounded by rocks neatly arranged. This location serves sebagaitempat play - play like a king's son playing kites - kites.
1 Pincuran Seven
It is in the back of the kitchen which is where the royal family bathing. Tampek buts shower or bath has a seven pincuran tebuat of rods slung and fitted with traditional latrines
Supporting elements Istano Pagaruyung Bases
1 Kitchen
The kitchen has two rooms. The room to the right serves as a place to cook with utensils or tools - versatile kitchen tool that traditional. The room to the left serves as a ladies yangberjumlah twelve people.
1 Surau
Surau located behind Istano which serves as a place of prayer, studying the Koran (read Alqura'n) and the son of a king bed that has puberty baliqh or 7 years old or older. Besides the Koran, this is where they are educated about the law - Customary Law, Syarak law, history, culture and martial arts.
1 Rangkiang Broken Nine
Istano arriving at the yard that serves as a storage place of rice. Moreover rangkiang function in Sitanao is as a symbol of prosperity and power of Nature Minangkabau
1 Tabuah Prohibition
There are two Tabuah ban on Istano. Tabuah first named Gaga On Earth is emitted when there are large events such as natural disasters, fires, landslides and so on. Tabuah both named Mambang Diawan which sounded to call Nan Bases Ampek Hall (Council of Ministers Four) the statutes of the Lord in the River Tarab, Mr Kadi in Padang Ganting, Mr. Indomo in Saruaso, Mr. Mankudun in Sumanik, Mr. sieve in Batipuh and Tigo Selo (King natural, Indigenous King, King Worship) to hold meetings.
1 Park Istano Bases
Bases Istano park represents and symbolizes all the areas where the potential and facilities to perform blebih Minangkabau are known, more respected, more admired, more brilliant, more productive, more potent, more meaningful and more efficient in various aspects of life of the nation because of the potential and Minangkabau beautify the facility in the broadest sense.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar